Tidak makan dan minum selama siang hari memberikan dampak yang lemas, berkurangnya tenaga. Ini karena manusia adalah mahluk yang diciptakan dari tanah. Manusia terikat kepada bumi. Manusia terikat kepada ruang dan waktu.
Namun dibalik itu manusia adalah mahluk spiritual, mahluk yang didalamnya berisi ruh yang dititupkan oleh-Nya.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.Ikatan manusia ke bumi inilah yang kemudian membuat sulit sekali lepas dari kehidupan dunia. Kesibukan sejak lahir sampai dewasa membuat seorang insan merasa bagian dari bumi. Tarikannya sangat kuat sehingga digambarkan dalam Al Quran bahwa manusia ini kecenderungan mencintai dunia dan isinya, melupakan tujuan hidupnya dan kemana dia akan kembali.
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Al Hijr: 28-29
Berpuasa pada bulan Ramadhan akan mengikis lupa akan kepulangan kepada-Nya. Puasa adalah ritual fisik sekaligus ibadah yang melibatkan ruh secara total. Bagaimana tidak. Coba bayangkan bahwa apa yang terjadi dengan puasa kita hanya kita saja yang tahu di dunia ini. Kita minum secara bersembunyi atau menggunakan panca indera untuk tindakan yang tidak diridhai-Nya kita juga yang tahu.
Allah melihat semua perbuatan kita selam bulan Ramadhan yang tampak maupun yang tersembunyi. Disinilah sifat Ihsan dimunculkan dalam diri kita. Sifat dimana semua tindak tanduk disaksikanNya. Disini pula letaknya indahnya berpuasa. Sebuah ibadah dalam tempo panjang untuk melatih jasmani dan ruhani sekaligus.
Kalau didalami lebih jauh hikmah puasa ini, maka jelas bahwa pelatihan ruhani akan memberikan kekuatan untuk senantiasa dekat kepada-Nya. Menahan lapar tidak sekedar perbuatan jasmani tapi merupakan ketundukan kepada Allah SWT dengan target lebih dekat dan lebih taqwa. Target inilah yang diingatkan selalu dalam surat Al Baqarah:186
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.Jadi benarlah kalau sebagian orang berpuasa hanya akan mendapatkan lapar dan haus, tidak sampai kepada derajat mendekati taqwa. Kenapa? Karena ruhnya tidak merasakan puasa itu meski dia tahu bahwa manusia ini adalah jasad dan ruh. Dengan mengikutsertakan ruh dalam kekhusyuan puasa ini maka dirinya akan naik, ruhnya akan merasakan dan Allah akan membukakan hatinya untuk menerima Taqwa. Dalam bahasa Al Quran Allah akan mengilhamkan ketaqwaan itu. Asy Syams:8
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannyaSebuah kondisi dimana rasa ketaqwaan ini adalah Allah yang akan menganugrahkannya dan kita akan merasakannya. Dan semakin kita merasakan keikutsertaan ruh ini dalam puasa maka semakin dirasakan indahnya bulan Ramadhan. Para sahabat sedih sekali meninggalkan bulan Ramadhan ini karena sangat dirasakan bagaimana Rahmat Ilahi ini tercurah sepanjang bulan. Mereka sedih karena karunia tak terhingga Ramadhan akan meninggalkan mereka.
Semuanya hanya bisa dirasakan oleh pribadi-pribadi yang bisa masuk kedalam intisari puasa. Merasakan ruh ini yang setiap saat akan dipanggil pulang kepada Nya melatih diri dengan berpuasa. Saat inilah kita bisa duduk bersimpuh disela-sela shalat wajib untuk berdzikir kepada-Nya, merasakan puasa itu dan merasakan puasa dengan ruh kita. Wallahu’alam bishawab
0 komentar:
Posting Komentar